Minggu, 09 Mei 2021

Laporan Perc. 11, Kromatografi Lapis Tipis

 

 

PEMISAHAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

 



 

             NAMA       : MARWINA APRIYANTI

               NIM           : A1C119017

  

DOSEN PENGAMPU: 

Dr. Syamsurizal., M.Si

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

 UNIVERSITAS JAMBI

 2021



VII. DATA PENGAMATAN

Perlakuan

Fungsi alat dan bahan

Tujuan

Hasil

1.Disiapkan kloroform dan etanol absolut dengan perbaningan 90: 10

2.Diukur kloroform sebanyak 45 ml dan etanol sebanyak 5 ml

3.Dicampurkan kedalam erlenmeyer lalu ditutup menggunakan plastik dan diikat

4.Digoyangkan secara pelan

1, Hairdryer untuk mempercepat proses pengeringan

2, Beker glass 100 ml sebagai wadah untuk melarutkan sampel

Untuk mempersiapkan eluen

Diperoleh eluen yang berwarna bening

5.Diolesi mulut chamber dengan menggunakan eksikator

6.Dimasukkan eluen dengan menggunakan batang pengaduk secara hati-hati

7.Ditutup chamber pada bagian kasar tutup dan dilekatkan, dan ditimpa dengan pemberat

8.Ditunggu selama 1,5 jam

3, Beker glass 50 ml sebagai wadah untuk melarutkan sampel

4, Gelas ukur untuk mengukur larutan yang akan digunakan satuan ml

Untuk mempersiapkan chamber dan melakukan proses penjenuhan

 

Eluen berada dalam chamber dan telah jenuh

9.Dilapisi lempeng kaca dengan silika gel

10.  Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105 oC selama 30 menit

5, Labu ukur sebagai adah sampel X dan baku kopein, paracetamol

Untuk mengaktivasi lempeng

Hilangnya kadar air dalam lempeng

11.  Diletakkan sampel X diatas kaca arloji

6, Erlenmeyer 100 ml sebagai tempat berlangsungnya pencampuran eluen

 

Untuk melakukan organoleptik untuk melakukan uji bau, bentuk, warna, dan rasa

Diperoleh warna: putih, berbentuk serbuk halus, berbau khas obat, dan memilki rasa  pahit

12.  Ditimbang sampel X sebanyak 50 mg  dan baku masing-masing sebanyak 10 mg menggunakan neraca analitik

13.  Dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml

14.  Dibersihkan neraca analitik dan dimatikan

7, Kaca arloji sebagai tempat sampel X dalam proses organoleptik

8, Tabung reaksi sebagai tempat berlangsung pemisahan sampel

Untuk melakukan proses penimbangan

Diperoleh sampel dan masing-masing baku didalam labu ukur

15.  Dilarutkan sampel X dan masing-masing baku

16.  Dimasukkan kedalam alat ultrasonic dan diset selama 5 menit

17.  Diupkan hingga tanda batas

18.  Ditempatkan hingga garis

19.  Dihomogenkan sampel

9, Rak tabung reaksi sebagai tempat meletakkan tabung reaksi

 

 

Untuk melarutkan sampel dan masing-masing baku

 

Diperoleh sampel yang telah larut dan homogen

20.  Digunting kertas saring sesuai dengan corong

21.  Corong dibasahkan dengan larutan etanol

22.  Dimasukkan sampel dengan bantuan batang pengaduk

23.  Disaring sampel kedalam tabung reaksi menggunakan kertas saring

10, Batang pengaduk sebagai alat dalam memasukkan eluen kedalam chamber

 

Untuk melakukan penyaringan sampel

Diperoleh sampel untuk penotolan

24.  Dibuat tiga titik penotolan, dimana satu sampel dan dua baku

25.  Dibuat jarak dari kiri 2 cm, dari bawah 2 cm , dan dari kanan 2 cm, dan satu titik tengah 3 cm

26.  Dibuat jarak gerak rambat 15 cm

27.  Dipipet larutan sampel menggunakan pipet mikro 10 mikroliter dan dilakukan penotolan

28.  Dikeringkan menggunakan hairdryer

29.  Dilakukan hal yang sama pada baku paracetamol dan baku kopein

30.  Dilakukan proses eluasi

31.  Ditunggu hingga tanda batas yang telah ditentukan

32.  Ditandai akhir eluasi dan dikeringkan

11, Chamber 10×20 cm sebagai tempat penjenuhan eluen

12, Neraca analitik sebagai alat penimbangan

13, Kuas untuk membersihkan wadah neraca analitik 14, Sampel X sebagai sampel dalam percobaan

15, Baku kopein sebagai sampel dalam percobaan

 

Untuk melakukan penyiapan lempeng dan proses penotolan

Diperoleh lempeng yang telah ditotolkan dan diperoleh gerak rambat dari titik penotolan hingga akhir eluasi diatas 2/3 dari yang seharusnya 15 cm

33.  Dimasukkan lempeng kedalam alat deteksi bercak dengan Panjang gelombang 254 nanometer yang dibawah sinar UV

34.  Dinyalakan alat

16, Baku paracetamol sebagai sampel dalam percobaan

 

Untuk mendeteksi bercak

Diperoleh sampel sejajar dengan baku kopein dan hamper sejajar dengan baku paracetamol

35.  Ditandai bercak dengan pensil dimana Jarak rambat Rf dari titik penotolan hingga kepusat bercak

36.  Dihitung harga Rf

 

17, Larutan etanol absolut sebagai eluen 18, Etanol 90%  sebagai pelarut

19, Kloroform sebagai eluen

20, Kertas saring sebagai menyaring sampel

 

Untuk melakukan perhitungan Rf

·   Jarak rambat sampel 1: 5,7 cm

Jarak rambat sampel 2: 10,4 cm

Jarak rambat baku paracetamol: 6,2 cm

Jarak rambat baku kopein: 10,3 cm

Dengan jarak rambat dari titik penotolan hingga titik akhir eluasi sebesar 13 cm

·    Rf sampel 1: 0,43

Rf sampel 2: 0,8

Rf baku paracetamol: 0,47

Rf baku kopein 0,79

 

VIII. PEMBAHASAN

            Kromatografi lapis tipis atau bisa disingkat dengan KLT merupakan suatu metode atau teknik yang dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan zat dari dalam suatu campuran. Namun, sebelum dilakukannya pemisahan perlu diamati terlebih dahulu zat yang akan dipisahkan agar nantinya pemisahan dapat dilakukan dengan cepat. Didalam suatu campuran digunakan eluen. Eluen ini digunakan untuk menyingkirkan senyawa-senyawa yang ada dalam suatu campuran sehingga dapat dilakukan pemisahan. Teknik ini biasanya dilakukan  pada selembar kaca ataupun yang berbahan tipis dimana bahan yang digunakan tadi dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben yang biasanya silika gel dan lain sebagainya.

            Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yaitu percobaan berupa pemisahan dengan metoe kromatografi lapis tipis. Dimana langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan kloroform an etanol absolute dengan perbandingan 90:10 kemudian kloroform diukur diukur sebanyak 45 ml dan etanol 5 ml kemudian kedua larutan tadi dicampurkan kedalam Erlenmeyer dan ditutup menggunakan plastic dan diikat dan digoyangkan secara perlahan. Sehingga diperoleh berupa eluen yang berwarna bening. Selanjutnya dioles milut chamber mengguankan eksikator lalu setelah selesai diolesi, masukkan dengan hati-hati eluen dengan menggunakan batang pengaduk lalu chamber ditutup pada bagian kasar tutup dan dilekatkan kemusian diberi penimpa dengan pemberat. Dan ditunggu selama 1,5 jam sehingga hasil yang didapatkan adalah eluen telah jenuh dalam chamber.

            Langkah selanjutnya, dilapisi lempeng kaca dengan silika gel lalu dimasukkan dalam oven dengan suhu 105ºC selama 30 menit dan diperoleh yaitu hilangnya kadar  air alam lempeng. Lalu setelah itu, diletakkan sampel X diatas kaca arloji  sehingga ari hasil pengamatan diperoleh warna: putih, berbentuk serbuk halus, berbau khas obat, dan memilki rasa pahit. Kemudian ditimbang sampel X sebanyak 50 mg  dan baku masing-masing sebanyak 10 mg menggunakan neraca analitik lalu dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml dan dibersihkan neraca analitik dan dimatikan maka diperoleh sampel dan masing-masing baku didalam labu ukur.

Kemudian langkah berikutnya yaitu dilarutkan sampel X dan masing-masing baku, Lalu dimasukkan kedalam alat ultrasonic dan diset selama 5 menit diupkan hingga tanda batas dan itempatkan hingga garis sehingga sampel dapat dihomogenkan sehingga hasil yang diperoleh sampel yang telah larut dan homogen.

            Selanjutnya, digunting kertas saring sesuai dengan corong kemudian corong tadi dibasahkan dengan larutan etanol dan dimasukkan sampel dengan bantuan batang pengaduk lalu disaring sampel kedalam tabung reaksi menggunakan kertas saring sehingga berdasarkan hasil pengamatan diperoleh sampel yang nantinya bisa ditotolkan. Kemudian dibuat tiga titik penotolan, dimana satu sampel dan dua baku dan dibuat jarak dari kiri 2 cm, dari bawah 2 cm , dan dari kanan 2 cm, dan satu titik tengah 3 cm dan juga dibuat jarak gerak rambat 15 cm selanjutnya dipipetkan  larutan  sampel menggunakan pipet mikro 10 mikroliter dan dilakukan penotolan lalu dikeringkan menggunakan hairdryer setelah itu, dilakukan hal yang sama pada baku paracetamol dan baku kopein. Kemuddian dilakukan proses eluasi dan ditunggu hingga tanda batas yang telah ditentukan selajutnya ditandai akhir eluasi dan dikeringkan sehingga dari proses tersebut diperoleh yaitu lempeng yang telah ditotolkan dan diperoleh gerak rambat dari titik penotolan hingga akhir eluasi diatas 2/3 dari yang seharusnya 15 cm. Kemudian dimasukkan  lempeng  kedalam  alat deteksi bercak dengan  Panjang gelombang 254 nanometer yang dibawah sinar UV maka diperoleh sampel sejajar dengan baku kopein dan hamper sejajar dengan baku paracetamol selanjutnya ditandai bercak dengan pensil dimana Jarak rambat Rf dari titik penotolan hingga kepusat bercak dan dihitung harga Rf dan yang terakhir dinyalakan alat sehingga diperoleh yaitu Jarak rambat sampel 1: 5,7 cm, Jarak rambat sampel 2: 10,4 cm, Jarak rambat baku paracetamol: 6,2 cm dan Jarak rambat baku kopein: 10,3 cm. Dengan jarak rambat dari titik penotolan hingga titik akhir eluasi sebesar 13 cm Rf sampel 1: 0,43,  Rf sampel 2: 0,8, Rf baku paracetamol: 0,47 dan Rf baku kopein 0,79

 

IX. PERMASALAHAN

Mengapa perlu dilakukan proses penjenuhan?

Jelaskan bagaimana cara cepat memisahkan suatu zat dalam suatu campuran larutan?

Mengapa perlu dilakukannya pengenalan terhadap suatu zat yang akan dipisahkan?

 

X. KESIMPULAN

Dari percobaan tersebut, maka dapat disimpulakan bahwa :

Dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis, pemisahan dapat dilakukan dengan sempurna dimana untuk mencapa pemisahan yang sempurna perlu terlaih dahulu dikenali jenis zat yang akan dipisahkan misalnya dari sifat fisika maupun sifat kimianya sehingga ketika kita telah mengenal zat tersebut kita dapat ddengan cepat memilah atau memilih suatu fasa gerak dan fasa diam dengan eluen tertentu sehingga mudah untuk dipisahkan.

 

XI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Kromatografi Lapis Tipis. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapisan_tipis. Diakses pada tanggal 1 Mei 2021

Ilmu Kimia. 2013. Kromatografi Lapis Tipis (KLT). https://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html. Diakses pada tanggal 1 Mei 2021

Ilmu Kimia. 2020. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis, Prinsip, Manfaat, dan Contohnya. https://www.pakarkimia.com/kromatografi-lapis-tipis/. Diakses pada tanggal 1 Mei 2021

 

 

 

 

3 komentar:

  1. Saya Novia Rahmadhani dengan nim A1C119023 izin menjawab pertanyaan nomor 1. Perlu dilakukan penjenuhan agar tekanan uap dari fasa gerak atau eluen yang digunakan akan sama rata sehingga pemisahan dapat berjalan dengan baik

    BalasHapus
  2. Assalammualaikum wr wb ,Baiklah saya Cyntia Widi Udya dengan NUM A1C119011 akan menjawab pertanyaan nomor 2. Yaitu cara cepat memisahkan suatu zat dalam campuran lainnya adalah dengan melakukan penyaringan melalui kertas saring agar jasil akhir yang didapatkan pada larutan bersih dan tidak ada kotorannya lagi.

    BalasHapus
  3. Baiklah saya Yiyin Novela dengan NIM A1C119062 akan menjawab pertanyaan nomor 3. pengenalan terhadap suatu zat yang akan dipisahkan perlu dilakukan karena supaya pemilihan terhadap fase diam dan fase gerak dapat dipilih dengan tepat, dimana senyawa yang bersifat polar akan terikat pada fase diam yang bersifat polar, sedangkan senyawa yang bersifat non polar akan terbawa oleh fase gerak yang bersifat non polar, begitu juga sebaliknya.

    BalasHapus